Jan 4, 2013

MONAS


Monumen Nasional atau yang populer disingkat dengan Monas atau Tugu Monas adalah monumen peringatan setinggi 132 meter (433 kaki) yang didirikan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan rakyat Indonesia untuk merebut kemerdekaan dari pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Pembangunan monumen ini dimulai pada tanggal 17Agustus 1961 di bawah perintah Presiden Soekarno, dan dibuka untuk umum pada tanggal 12 Juli 1975. Tugu ini dimahkotai lidah api yang dilapisi lembaran emas yang melambangkan semangat perjuangan yang menyala-nyala. Monumen Nasional terletak tepat di tengah Lapangan Medan Merdeka, Jakarta Pusat. Monumen dan museum ini dibuka setiap hari mulai pukul 08.00 - 15.00 WIB.

Pada halaman luar mengelilingi monumen, pada tiap sudutnya terdapat relief timbul yang menggambarkan sejarah Indonesia. Relief dan patung-patung ini dibuat dari semen dengan kerangka pipa atau logam, sayang sekali beberapa patung dan arca mulai rontok dan rusak akibat hujan dan cuaca tropis.

Di bagian dalam cawan monumen terdapat Ruang Kemerdekaan berbentuk amphitheater. Ruangan ini dapat dicapai melalui tangga berputar di dari pintu sisi utara dan selatan. Ruangan ini menyimpan simbol kenegaraan dan kemerdekaan Republik Indonesia. Diantaranya naskah asli Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang disimpan dalam kotak kaca di dalam gerbang berlapis emas, lambang negara Indonesia, peta kepulauan Negara Kesatuan Republik Indonesia berlapis emas, dan bendera merah putih, dan dinding yang bertulis naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. 


Di dalam Ruang Kemerdekaan Monumen Nasional ini digunakan sebagai ruang tenang untuk mengheningkan cipta dan bermeditasi mengenang hakikat kemerdekaan dan perjuangan bangsa Indonesia. Naskah asli proklamasi kemerdekaan Indonesia disimpan dalam kotak kaca dalam pintu gerbang berlapis emas. Pintu mekanis ini terbuat dari perunggu seberat 4 ton berlapis emas dihiasi ukiran bunga Wijaya Kusuma yang melambangkan keabadian, serta bunga Teratai yang melambangkan kesucian. Pintu ini terletak pada dinding sisi barat tepat di tengah ruangan dan berlapis marmer hitam dan akan dibuka untuk memperlihatkan teks asli Proklamasi satu jam sekali. Pintu ini dikenal dengan nama Gerbang Kemerdekaan yang secara mekanis akan membuka seraya memperdengarkan lagu "Padamu Negeri" diikuti kemudian oleh rekaman suara Soekarno tengah membacakan naskah proklamasi pada 17 agustus 1945.

Pada sore hari, akan terlihat banyak pengunjung yang akan mengelilingi taman disekitar Monas untuk sekedar bersantai dengan keluarga, kerabat dan orang-orang terdekat. Sekedar menikmati udara sore atau pun bermain sepeda yang sudah tersedia untuk disewakan bagi para pengunjung.



Pasar Apung


Kota Banjarmasin, kota yang dikenal dengan sebutan kota seribu pulau ini memiliki pasar terapung yang sudah didengar oleh banyak orang.  Pasar Apung Muara Kuin adalah pasar terapung tradisional yang berada di atas sungai Barito di Muara Sungai Kuin, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Para pedagang dan pembeli menggunakan perahu. Pasar ini mulai setelah sholat shubuh sampai selepas pukul tujuh pagi. Di pasar ini kita bisa membeli beragam macam barang ataupun bahan makanan, seperti sayuran, buah-buahan, sampai nisan kuburan pun bisa di dapati disekitar pasar apung ini.
 
Para pedagang wanita yang berperahu menjual hasil produksinya sendiri atau tetangganya di sebut dukuh, sedangkan tangan kedua yang membeli dari dukuh untuk dijual kembali disebut penyambangan. Keistimewaan dari pasar ini adalah masih sering terjadi transaksi barter antar pedagang berperahu, yang dalam bahasa Banjar disebut Bapanduk.

Untuk mencapai pasar initidak begitu sulit karena pasarnya berada di kota. Dari Kota kita hanya perlu pergi ke dermaga-dermaga kecil di sekitar daerah Kuin. Dari dermaga tersebut kita bisa menyewa perahu-perahu kecil .

Kini pasar terapun ini dipastikan menyusul punah berganti dengan pasar darat. Banyak wisatawan yang berkunjung ke pasar tersebut harus menelan kekecewaan, termasuk saya, karena tidak menjumpai adanya geliat eksotisme pasar di atas air.