Oct 22, 2011

“Anak adalah sebuah buku kosong yang ditulis oleh orang tuanya”


Manusia mungkin adalah makhluk terhebat yang pernah ad di atas muka bumi ini. Manusia memiliki daya pikir yang kuat, mempunai akal sehat, kemampuan berbahasa, introspeksi diri, dan kemampuan untuk memecahkan masalah. Manusia juga secara unik dapat beradaptasi dalam berbagai sistem komunikasi seperti pengaktualisasian ekspresi diri, pertukaran ide dan berorganisasi. Kemampuan terakhir ini disebut kemampuan manuia untuk bersosialisai. Sosialisasi dilakukan pada suatu lingkungan sosial, entah dalam lingkungan keluarga, lingkungan sekolah bahkan lingkungan masyarakat dan sekitar.
          Sebuah individu terlahir dari seorang ayah dan ibu dalam sebuah ikatan yang benama keluarga. Dinamai dengan seorang anak. Proses dimana individu menjadi anak, mungkin adalah salah satu faktor terbesar bagaimana nantinya individu atau si anak tersebut berinteraksi dengan lingkungan sosialnya saat dia menjadi dewasa nanti. Menurut Drs. Soewaryo Wangsanegara, keluarga adalah salah satu lingkungan utama yang memiliki faktor penting pembentukan kepribadian anak.
          Banyak fugsi keluarga yang berpengaruh besar pada perkembangan anak, di antaranya adalah fungsi ekonomi dan pemeliharaan, dimana tentu saja anak memerlukan kebutuhan jasmani yang harus dipenuhi oleh keluarganya. Tetapi fungsi yang paling besar berpengaruh pada perkembangan anak dari keluarga adalaah fungsi sosial dan keagamaan. Keluarga wajib mengenalkan agama dan aplikasinya kepada kehidupan masyarakat sejak dini kepada seorang anak. Anak harus mengetahui diatas semua yang ada di dunia ini, ada suatu Ketuhanan, yang berkuasa atas alam semesta dan segala isinya.Agama penting untuk diajarkan kepada seorang anak agar pada saat dia dewasa, dia mengerti nilai moril yang ada dalam agama.
          Fungsi sosial juga merupakan salah satu tanggung jawab yang diemban oleh orang tua khususnya, dan keluarga pada umumnya, untuk membentuk kepribadian seorang anak. Anak harus diajarkan bagaimana cara berkomunikasi secara baik dan benar. Bahasa tubuh, bahasa oral, ataupun gerakan yang pantas untuk digunakan dalam bersosialisasi haruslah dipelajari oleh seorang anak. Sopan santun yang berlaku di masyarakat dimana anak itu tinggal harus diberitahukan oleh keluarga kepada seorang anak, agar pada nantinya anak tersebut tidak dijauhkan karena memiliki pringai yang buruk saat nantinya dia menghadapi masyarakat sekitar. Norma pun termasuk fungsi sosial yang harus ditanamkan keluarga kepada sang anak. Anak harus mengerti sistem elemen masyarakat yang nantinya dia hadapi ada norma yang harus dipatuhi dan tidak dapat dilanggar.
Terlepas dari semua fungsi yang secara literal tertulis dalam berbagai liturgi, keluarga pun harus seimbang dan  harmonis. Mendidik seorang anak, tidaklah seperti guru mengajarkan mata pelajaran matematika kepada murid didiknya di sekolah. Penanaman semua jenis pembentuk kepribadian kepada anak harus dilandasi oleh rasa cinta dan kasih sayang. Kondisi keluarga yang berantakan mungkin saja mempengaruhi kondisi mental seorang anak. Anak bisa menjadi minder, kurang ekspresif, dan sukar menyampaikan pendapat. Berbeda dengan anak yang menerima perhatian dan rasa kasih sayang dimana keluarga itu menjadi keluarga yang dinamis. Anak akan cenderung menjadi pintar, percaya diri, ekspresif, dan mudah untuk berinteraksi dengan orang di luar keluarganya.

Betulah jika ada pepatah yang mengatakan seorang anak adalah sebuah buku kosong yang sedang ditulis oleh orang tuanya. Orang tua yang menulis ratusan halaman awal dalam buku tersebut, fondasi yang kuat dan struktural.

Pemerataan dan Kualitas Pendidikan di Indonesia



Pemerataan dan kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Hal ini terbukti dari survei Political and Economic Risk Consultant (PERC) mengatakan bahwa, kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 Negara di Asia. Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam, yang terbilang baru saja merdeka yang di bandingkan dengan Indonesia yang sudah merdeka selama 66 tahun, tapi tidak diikutseratakan dalam kemerdakaan dalam bidang pendidikan.
Yang kita rasakan sekarang adalah adanya ketertinggaln didalam mutu pendidikan. Baik pendidikan formal maupun informal. Dan hasil itu diperoleh setelah kita membandingkannya dengan negara lain. Pendidikan memang telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia untuk pembangunan bangsa. Oleh karena itu, kita seharusnya dapat meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang tidak kalah bersaing dengan sumber daya manusia di negara-negara lain.
          Pemerataan pendidikan di Indonesia merupakan masalah yang sangat rumit. Ketidakmerataan pendidikan di Indonesia ini terjadi pada lapisan masyarakat miskin . Faktor yang mempengaruhi ketidakmerataan ini disebabkan oleh faktor finansial atau keuangan. Semakin tinggi tingat pendidikan, semakin mahal biaya yang dikeluarkan oleh individu. Indonesia merupakan negara berkembang yang sebagian besar masyarakatnya hidup pada taraf yang tidak berkecukupan. Masyarakat menganggap bahwa banyak yang lebih penting daripada sekedar membuang-buang uang mereka untuk bersekolah. Selain itu, biaya pendidikan di Indonesia yang relatif mahal jika dibandingkan negara lain meskipun biaya di beberapa tingkat pendidikan telah di bebaskan. Terlihat bahwa faktor biaya menjadikan pendidikan masyarakat miskin menjadi lebih rendah dibandingkan masyarakat kota. Akses tempat inggal pun menjadi faktor rendahnya pendidikan masyarakat miskin. Masyarakat miskin yang biasanya bertempat tinggal di desa-desa memiliki akses jalan yang sulit dijangkau. Sehingga pendidikan yang masuk ke dalam masyarakat miskinpun menjadi minim, padahal desa dapat membantu perekonomian Indonesia menjadi lebih baik. Disini terlihat dari Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah namun Sumber Daya Manusia (SDM) yang kurang memiliki pendidikan, sehingga SDA yang dimiliki kurang dimanfaatkan sebaik mungkin.
Fenomena yang ada di Indonesia saat ini cukup ironis. Banyaknya lulusan sekolah menengah dan perguruan tinggi setiap tahunnya, ternyata tidak sebanding dengan lowongan pekerjaanyang disediakan. Hal ini jelas menambah jumlah pengangguran di Indonesia. Untuk menuju pemerataan pendidikan yang efektif dan menyeluruh, kita perlu mengetahui beberapa permasalahan mendasar yang dihadapi sektor pendidikan kita. Permasalahan itu antara lain mengenai keterbatasan daya tampung, kerusakan sarana prasarana, kurangnya tenaga pengajar, proses pembelajaran yang konvensional, keterbatasan anggaran dan biaya pendidikan yang mahal. Dan yang paling penting adalah kepedulian dari pemerintah tentang pendidikan di negara kita ini, karna semua akan terlaksana apabila di topang dengan pemerintah yang peduli pada pendidikan dan peduli pada masa depan anak bangsa.